Media-Inspirssi, Medan – Masyarakat Nasionalis Penegak Keadilan Indonesia menggelar Diskusi Kebangsaan bertajuk Jangan Biarkan Indonesia Gelap pada Kamis, 20 Maret 2025, di Jl. Perhubungan Udara No. 45Q, Medan.
Diskusi ini bertujuan untuk memahami kondisi Indonesia saat ini, khususnya terkait maraknya demonstrasi yang mengusung tagar #IndonesiaGelap. Selain itu, forum ini juga berupaya merumuskan rekomendasi solusi terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa.
Acara dibuka oleh Koordinator Diskusi, Mangatas P. Simarmata, dan diawali dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Pengarah Diskusi, Mangarimpun Parhusip, memaparkan sejumlah fakta yang menguatkan narasi Indonesia Gelap, terutama dalam aspek perekonomian. Ia juga menjelaskan konsep Pork-Barrel Politics dan State Capture Corruption sebagai fenomena yang mempengaruhi kebijakan negara.

Diskusi berlangsung dengan semangat #JanganBiarkanIndonesiaGelap dan menyoroti pernyataan Connie Rahakundini Bakrie yang menegaskan bahwa Indonesia dapat kembali terang jika mendengar PDI Perjuangan, yang dinilainya sebagai partai dengan sikap politik yang jelas.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Beberapa poin penting yang dihasilkan dari diskusi ini antara lain:
1. Indonesia saat ini berada dalam kondisi #IndonesiaGelap.
2. Perbaikan mendasar bangsa harus dimulai dari pendidikan sejak dini, dengan menanamkan pemahaman yang benar tentang baik dan buruk.
3. Evaluasi dan reformasi sistem pemilu perlu dilakukan untuk memastikan demokrasi berjalan lebih sehat.
4. PDI Perjuangan, sebagai partai yang mendukung Presiden Prabowo, sebaiknya terlibat dalam pemerintahan untuk membuktikan kinerjanya sebagai pembanding.
5. Kongres PDI Perjuangan yang akan digelar pada April/Mei 2025 diharapkan melahirkan kepemimpinan yang ideologis dan berintegritas, baik di tingkat pusat maupun daerah.
6. Masyarakat harus lebih peduli terhadap situasi bangsa dengan mengamati perkembangan ekonomi, menyuarakan perbaikan, dan berpartisipasi dalam proses perubahan.
Diskusi ini juga dihadiri sejumlah aktivis dan tokoh, di antaranya Bima Nusa, Mian Joe S, Prof. Ridha, Ardi Kacaribu, Indah Tobing, dan Ali Akbar Harahap.
Sebagai bagian dari refleksi di bulan Ramadan, seniman Juhendri Chaniago membacakan puisi berjudul Perihal Menengok Fajar dan Ceracau Mudik. Sementara itu, Ustadz Agus Rizal memberikan siraman rohani melalui kultum sebelum acara ditutup dengan doa dan buka puasa bersama.
Diskusi ini diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat dan pemangku kebijakan untuk lebih serius menangani permasalahan bangsa.
(Tim)