Media-Inspirasi, Cirebon, 9 Juli 2025 — Kuncen Bong China, Suparman atau yang akrab disapa Parman, pengelola generasi kelima Pemakaman Tionghoa (Kutiong) yang terletak di daerah Penggung, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, angkat bicara menanggapi isu miring yang menyebut dirinya telah melakukan pembongkaran makam secara sepihak. Ia menyatakan bahwa tuduhan tersebut adalah fitnah yang direkayasa oleh pihak-pihak yang diduga memiliki kepentingan untuk menguasai lahan pemakaman demi kepentingan bisnis.
Diketahui, luas lahan Pemakaman Kutiong yang dulunya mencapai 24 hektare, kini tersisa sekitar 16 hektare setelah sebagian lahannya digunakan untuk pembangunan pasar Kalitanjung. Isu yang berkembang menyebut Parman secara sengaja membongkar makam lama untuk meratakan lahan dan mengalihfungsikannya menjadi perumahan. Namun, Parman menepis tudingan tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada satu pun makam yang dibongkar tanpa seizin ahli waris.

“Semua proses pembongkaran dilakukan atas permintaan resmi ahli waris, dengan maksud untuk melakukan kremasi terhadap jasad yang sudah menjadi tulang belulang. Prosesnya legal, ada surat pernyataan yang ditandatangani bersama di atas materai. Bahkan disaksikan oleh pihak Babinsa dan Bhabinkamtibmas,” tegas Parman.
Ia menegaskan bahwa pengelolaan Pemakaman Kutiong selama ini bersifat swadaya dan dijalankan secara turun-temurun oleh keluarga kuncen dan para ahli waris. Tidak ada pengelolaan terpusat ataupun komersialisasi lahan. Menurut Parman, Pemakaman Kutiong berdiri sejak tahun 1812, dan telah menjadi bagian dari sejarah panjang masyarakat Tionghoa di Cirebon.
“Ini makam leluhur. Mana mungkin saya sebagai cucu dan penerus justru menghancurkannya. Saya bahkan pernah mengusulkan agar Bong China dijadikan cagar budaya. Logikanya, kalau saya merusak atau membongkar makam tanpa izin, saya pasti sudah dipenjara dari dulu karena dilaporkan,” ujarnya.
Parman mengimbau masyarakat agar tidak terpengaruh oleh kabar-kabar yang tidak jelas sumbernya. Ia juga meminta agar pihak-pihak yang mencoba mencari keuntungan dengan menyebarkan hoaks segera menghentikan tindakan tersebut demi menjaga kehormatan dan kesakralan tempat peristirahatan para leluhur.
“Saya hanya ingin agar Pemakaman Kutiong ini bisa lebih terurus. Kami butuh perhatian dari pemerintah juga, karena ini adalah situs sejarah yang harus dijaga, bukan dijadikan bahan fitnah,” pungkasnya.
[RED]