Media-Inspirasi, Aceh Singkil — Polemik mengenai dana partisipasi sebesar Rp1 juta untuk perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Aceh Singkil kian memanas. Klaim Ketua Panitia HUT, Asmaruddin, bahwa dana tersebut berasal dari sumbangan pribadi para keuchik (kepala desa), kini dibantah oleh sejumlah kepala desa yang menyebut sumber dana berasal dari Anggaran Dana Desa (ADD).
Seorang keuchik yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan kepada Metro Daily (1/5/2025) bahwa dana Rp1 juta diminta kepada setiap desa dan diarahkan untuk diambil dari ADD atau pos dana rutin tiga persen, sesuai arahan staf Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK).
“Desa diminta berpartisipasi sebesar Rp1 juta, dan itu disepakati bisa diambil dari ADD atau dana rutin. Semua transfer dilakukan ke rekening panitia dengan jumlah yang sama, dan akan diberikan kwitansi,” jelasnya.
Ia juga mengakui bahwa sebagian keuchik sempat menggunakan dana pribadi karena pencairan ADD belum dilakukan. Namun, secara administratif, dana yang disetor bersumber dari alokasi desa, bukan murni sumbangan pribadi.
“Jadi kalau disebut itu uang pribadi dan tidak ada pematokan jumlah, itu keliru. Kenyataannya semua desa diminta menyetor dengan jumlah seragam,” tegasnya.
Pernyataan tersebut bertentangan dengan klaim Asmaruddin sebelumnya yang menyebut dana partisipasi bersifat sukarela dan tidak dipatok jumlahnya.
Merespons polemik yang berkembang, sejumlah warga di grup WhatsApp mengusulkan penyelesaian damai dengan mengangkat ungkapan “Dame Idi Mende”, yang dalam bahasa daerah berarti “Damai Itu Indah” atau “Kedamaian adalah Solusinya”. Ungkapan ini mencerminkan harapan warga agar masalah ini diselesaikan melalui musyawarah dan semangat kekeluargaan.
“Warga tidak ingin mengaitkan ini dengan mekanisme atau hasil rapat, tapi keterbukaan untuk duduk bersama tentu lebih baik, agar makna kemeriahan ulang tahun tidak tercoreng,” ujar salah seorang warga yang enggan disebut namanya.
Sementara itu, mantan Anggota DPRK Aceh Singkil periode 2014–2019, Syafrial atau yang akrab disapa Pak Iye, menyampaikan apresiasi atas kontribusi kepala desa. Menurutnya, dana Rp1 juta bukanlah angka besar bagi desa yang mengelola anggaran miliaran rupiah. Ia juga mendorong agar ke depan, partisipasi dari perusahaan-perusahaan pemegang Hak Guna Usaha (HGU) bisa dimaksimalkan dalam mendukung perayaan HUT daerah.
Inisiatif warga yang mengedepankan “Dame Idi Mende” dipandang sebagai langkah bijak untuk meredam potensi perpecahan akibat simpang siurnya informasi.
Semangat musyawarah dan kekeluargaan diharapkan menjadi dasar dalam meluruskan permasalahan serta menghindari kesalahpahaman antara pemerintah desa, panitia, dan masyarakat.
Warga pun berharap polemik ini segera menemukan titik terang, dan keharmonisan antar pihak dapat terjalin kembali secara baik.
(Maksum)