Media-Inspirasi, Aceh Singkil – Musyawarah Besar (Mubes) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Abdurrauf (STAISAR) Aceh Singkil yang digelar di Kampus STAISAR Batu Korong, Desa Lipat Kajang, Kecamatan Simpang Kanan, Jumat (2/5/2025), menjadi momentum kritik tajam dan desakan perubahan dari mahasiswa.
Meski berlangsung lancar dengan partisipasi penuh mahasiswa, forum Mubes berubah menjadi ruang terbuka bagi suara kekecewaan terhadap kinerja BEM selama periode berjalan. Efektivitas organisasi kemahasiswaan ini dipertanyakan, terutama dalam hal realisasi program kerja, tanggung jawab organisasi, serta pelaksanaan visi dan misi.
“Program kerja BEM stagnan. Apa urgensi keberadaan organisasi ini jika hanya formalitas tanpa fungsi nyata?” ujar Jumadi, salah satu mahasiswa dalam forum.
Selain kritik terhadap internal BEM, mahasiswa juga menyampaikan sederet tuntutan kepada pihak kampus melalui forum ini. Tuntutan utama mencakup pergantian dosen yang dinilai tidak aktif, penyediaan ruang belajar memadai agar tidak perlu bergantian kelas, serta penambahan fasilitas pembelajaran seperti proyektor (infocus) untuk menunjang presentasi.
Menanggapi berbagai aspirasi tersebut, Ketua BEM STAISAR Aceh Singkil, Syahrul Amri Syahputra, menyampaikan apresiasi atas kepedulian mahasiswa. Ia berkomitmen menyalurkan seluruh tuntutan tersebut ke pihak kampus, terutama kepada Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan.
“Kami akan terus mendesak pihak kampus dan menjamin transparansi informasi kepada seluruh mahasiswa,” tegas Syahrul.
Ia juga menyinggung hambatan utama dalam kinerja BEM, yakni ketiadaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (ADART) yang sah dan diakui. Meski telah berkoordinasi dengan Wakil Ketua III, hingga kini belum ada kejelasan mengenai keberadaan dokumen tersebut.
“Kampus menolak draf ADART yang kami susun, dengan alasan dokumen sudah ada. Tapi sampai hari ini, kami belum pernah melihatnya,” ujarnya.
Ketiadaan ADART ini menimbulkan kekecewaan luas di kalangan mahasiswa. Mereka mempertanyakan legitimasi operasional BEM, terutama menyangkut penggunaan dana organisasi yang bersumber dari sebagian Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa. Bahkan, wacana pembubaran BEM mulai muncul jika ketidakjelasan ini terus berlanjut.
Di akhir forum, mahasiswa dan BEM bersatu menyuarakan tuntutan agar kampus lebih transparan dalam urusan kelembagaan dan keuangan, khususnya terkait dokumen ADART dan hal-hal yang menyangkut hak mahasiswa.
“Keterbukaan informasi adalah hak kami. Ini untuk masa depan kampus dan organisasi mahasiswa,” ujar salah satu peserta Mubes sebelum menutup forum dengan seruan, “Hidup Mahasiswa!”
(Maksum)