Media-Inspirasi, Aceh Singkil 3 April 2025 — Pegiat media sosial Maimudin Tanjung mengajak masyarakat Indonesia untuk menjadi konten kreator yang bijak, bertanggung jawab, dan memiliki literasi digital yang memadai. Ajakan itu disampaikan menyikapi maraknya fenomena pencipta konten baru yang mengejar viralitas tanpa memahami etika bermedia.
“Media sosial adalah pedang bermata dua. Bisa jadi ladang rezeki, tapi bisa juga jadi bumerang jika disalahgunakan,” kata Maimudin dalam sebuah seminar daring bertema “Menjadi Kreator Digital yang Positif” pada Selasa (2/4).
Dalam lima tahun terakhir, platform media sosial seperti YouTube, Facebook, dan TikTok mengalami lonjakan pengguna yang signifikan di Indonesia. Banyak masyarakat mulai menjajal profesi sebagai konten kreator demi mendapatkan penghasilan tambahan, terutama melalui program monetisasi seperti YouTube Adsense, Facebook Professional Mode, dan TikTok Affiliate.
Namun, fenomena ini tak selalu disertai dengan peningkatan literasi digital. Menurut Maimudin, sebagian kreator pemula hanya fokus pada cuan instan dan mengabaikan etika konten. Akibatnya, marak ditemukan video plagiat, provokatif, bahkan hoaks yang mengganggu kenyamanan publik.
“Banyak yang belum paham bagaimana cara kerja monetisasi. Mereka hanya ikut-ikutan unggah video viral tanpa tahu aturannya,” ujar Maimudin.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat peningkatan aduan masyarakat terhadap konten bermasalah sepanjang 2024. Dari 18.000 laporan, sekitar 40 persen berkaitan dengan video yang mengandung informasi menyesatkan atau tidak pantas.
Ahli komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Mulyani, menilai minimnya pemahaman terhadap platform menjadi faktor utama. “Banyak yang tidak tahu bahwa plagiarisme atau pelanggaran hak cipta bisa menyebabkan akun diblokir dan monetisasi dihentikan,” ungkapnya.
Melalui pengalamannya sebagai kreator sukses, Maimudin menekankan bahwa peluang ekonomi di dunia digital sangat besar asalkan diikuti dengan tanggung jawab. Ia mencontohkan program Reels Play Bonus di Facebook yang memberi insentif dolar kepada kreator yang mengunggah video orisinal dan sesuai aturan.
“Kalau tahu caranya, konten sederhana pun bisa menghasilkan. Tapi harus orisinal, bukan comot video orang lain,” tegasnya.
Ia mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih kreatif dalam membuat konten yang memberi nilai tambah. “Buat yang lucu boleh, yang edukatif juga bagus. Yang penting tidak menyesatkan dan tidak merugikan orang lain,” ujar Maimudin.
Sebagai solusi, Maimudin membagikan empat langkah menjadi kreator digital yang sukses dan etis:
1. Pahami Aturan Platform: Kenali syarat monetisasi di masing-masing platform seperti YouTube, Facebook, dan TikTok.
2. Hindari Plagiarisme: Buatlah konten sendiri. Mengambil karya orang lain tanpa izin bukan hanya tidak etis tapi juga ilegal.
3. Fokus pada Nilai Positif: Edukasi, motivasi, dan hiburan yang sehat bisa menjadi tema yang disukai penonton sekaligus aman dari pelanggaran.
4. Tingkatkan Literasi Digital: Pelajari etika digital agar dapat menggunakan media sosial secara bertanggung jawab.
Salah satu peserta seminar, Sari Dewi (24), mengaku pernah mendapatkan peringatan dari TikTok karena mengunggah video tanpa izin pemilik aslinya. “Awalnya saya kira tidak masalah, karena banyak yang repost. Tapi ternyata akun saya sempat dibekukan,” tuturnya.
Sejak itu, ia mulai memproduksi konten kuliner khas daerahnya di Sumatera Barat secara mandiri. Kini, ia memiliki lebih dari 30.000 pengikut dan mulai menerima endorse dari pelaku UMKM lokal.
“Pesan Pak Maimudin sangat menyentuh. Jangan hanya viral, tapi harus bertanggung jawab,” katanya.
Dr. Rina Mulyani menambahkan bahwa pemerintah dan platform digital perlu aktif memberikan edukasi kepada publik. Ia mengapresiasi inisiatif Kominfo dalam menyediakan pelatihan daring gratis seputar literasi digital melalui program Siberkreasi.
Facebook dan YouTube, menurutnya, juga sudah mulai menggencarkan edukasi di Indonesia, meski masih perlu perluasan jangkauan ke daerah-daerah.
Menutup pesannya, Maimudin mengajak para kreator untuk tidak takut gagal. “Proses menjadi konten kreator itu butuh waktu. Jangan iri lihat orang lain sukses viral. Lebih baik belajar, berproses, dan bangun audiens yang loyal,” ujarnya.
Ia berharap Indonesia bisa melahirkan kreator digital yang tidak hanya sukses secara materi, tetapi juga memberi kontribusi positif bagi masyarakat luas. “Jangan hanya latah ikut-ikutan, tetapi jadilah kreator yang membawa perubahan positif,” tutupnya.
(Maksum)