Media-Inspirasi, Aceh Singkil -Konflik antara PT Nafasindo dan berbagai elemen di Aceh Singkil kembali memuncak setelah perusahaan perkebunan tersebut dituding menyebarkan klaim sepihak kepada media. Dalam pernyataan yang beredar, PT Nafasindo mengaku telah mengundang wartawan untuk menghadiri acara buka puasa bersama, yang kemudian memicu protes keras dari sejumlah insan pers yang merasa tidak pernah menerima undangan tersebut,pada hari Minggu (16/03/2025)
Wartawan merasa dikorbankan
Sejumlah jurnalis dari berbagai media lokal mengungkapkan kekecewaan atas klaim tersebut. Muklis, wartawan Berita Merdeka Online, dengan tegas menyatakan bahwa tindakan PT Nafasindo telah merugikan kredibilitas media.
“Kami merasa dijadikan kambing hitam. Mereka seolah menyebarkan narasi bahwa semua wartawan telah diundang, padahal faktanya tidak demikian,” ujar Muklis.
April Siregar dari Barak1News turut menyampaikan keberatan. Ia menganggap klaim tersebut sebagai tindakan yang melukai integritas media lokal.
“Kami tidak mengharapkan apa pun dari PT Nafasindo, tetapi jangan sampai ada klaim palsu seperti ini. Ini sangat merugikan,” tegasnya.
Sementara itu, Bima dari Jennews.id meminta klarifikasi terhadap narasi yang berkembang, termasuk dari media yang menulis klaim tersebut.
“Narasi ini perlu diluruskan. Kami mendesak media terkait memberikan penjelasan agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih lanjut,” ujarnya.
Tuntutan Tegas kepada PT Nafasindo
Para wartawan yang merasa dirugikan mendesak manajemen PT Nafasindo untuk bertanggung jawab atas polemik tersebut. Mereka meminta perusahaan memberikan klarifikasi terbuka serta menegur pimpinan internal yang berperan dalam penyebaran klaim tersebut.
“Jangan memprovokasi media dan masyarakat dengan klaim yang tidak benar. Ini hanya memperburuk hubungan yang sudah tidak kondusif,” ujar Rahman Pohan Bata News.com.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak PT Nafasindo belum memberikan pernyataan resmi untuk merespons tuduhan ini. Ketegangan yang terus berlanjut ini dinilai mencerminkan perlunya pendekatan yang transparan dan komunikasi yang lebih baik antara perusahaan, media, dan masyarakat Aceh Singkil.
Polemik Berlarut dengan Masyarakat
Kontroversi ini menambah babak baru dalam konflik antara PT Nafasindo dan elemen lokal. Sebelumnya, perusahaan telah menjadi sorotan terkait polemik plasma perkebunan di Kecamatan Kota Baharu, yang turut melibatkan Ketua Komisi II DPRK Aceh Singkil melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP).
Kini, dugaan praktik divide et impera dengan memecah hubungan antar media semakin memperburuk citra PT Nafasindo di mata masyarakat dan insan pers. Wartawan berharap perusahaan dapat segera mengambil langkah nyata dengan mengedepankan transparansi demi memperbaiki hubungan yang terlanjur renggang. (Maksum)