Media-Inspirasi, Palembang – Acara memasak 200 kilogram rendang yang digelar oleh konten kreator Willie Salim di Benteng Kuto Besak (BKB), Palembang, Sumatera Selatan, pada 20 Maret 2025, berakhir dengan kontroversi. Rendang yang masih dalam proses memasak dilaporkan hilang, memicu spekulasi di media sosial. Warga Palembang mengecam insiden ini, sementara Wali Kota dan tokoh publik turut menanggapi.
Willie Salim, yang dikenal dengan konten berbagi makanan, menggelar acara memasak massal dengan tujuan berbuka puasa bersama warga. Acara ini menarik perhatian ratusan orang yang berkumpul di sekitar lokasi.
Namun, dalam proses memasak, Willie sempat meninggalkan lokasi untuk ke toilet. Saat kembali, ia mendapati rendang yang masih dalam proses belum matang telah hilang dari wajan. Momen ini diabadikan dalam video yang diunggahnya ke media sosial dan langsung viral.
Sejumlah warga merasa keberatan dengan insiden ini, menilai pernyataan Willie seolah menggambarkan masyarakat Palembang tidak beradab. Sejumlah netizen bahkan mengundang YouTuber Bobon Santoso untuk membuktikan bahwa warga Palembang beretika dan tidak seperti yang terkesan dalam video Willie.
Isu bahwa kejadian ini sengaja dibuat sebagai bagian dari konten semakin menguat setelah beberapa tokoh publik turut menyoroti insiden ini. Willie akhirnya memberikan klarifikasi melalui akun Instagramnya, menegaskan bahwa insiden ini bukan karena warga Palembang, melainkan akibat kurangnya persiapan dari timnya.
“Ini pengalaman pertama saya memasak dalam skala besar. Saya tidak menyalahkan siapa pun dan justru bersyukur bisa berbagi dengan warga,” ujar Willie dalam unggahannya.
Ia juga menepis tudingan bahwa insiden tersebut disengaja sebagai settingan untuk menaikkan popularitas videonya.
Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, turut menanggapi insiden ini dan meminta klarifikasi langsung dari Willie Salim. Ia menekankan pentingnya tanggung jawab dalam membuat konten yang melibatkan masyarakat luas.
“Kami berharap para konten kreator lebih berhati-hati dalam membuat konten yang bisa menimbulkan kesalahpahaman atau berpotensi menciptakan citra buruk terhadap suatu daerah,” kata Ratu Dewa.
Ia juga mengingatkan bahwa acara publik harus memiliki persiapan matang, terutama dalam pengelolaan massa dan keamanan.
Helmy Yahya: “Konten Kreator Harus Pikirkan Dampak”
Tokoh asal Palembang, Helmy Yahya, turut berkomentar dalam unggahan video. Ia menilai ada banyak kejanggalan dalam kejadian ini, terutama terkait durasi Willie meninggalkan lokasi memasak.
“Kenapa ditinggal selama itu di tengah kerumunan? Jika ini memang settingan, pikirkan dampaknya. Jangan sampai demi konten, malah mempermalukan banyak orang,” ujar Helmy Yahya.
Ia juga membandingkan insiden ini dengan acara sosial yang pernah ia buat, seperti “Bedah Rumah” dan “Uang Kaget,” yang selalu dilakukan dengan izin dan pengamanan ketat. Helmy menegaskan bahwa tanggung jawab seorang kreator tidak hanya pada jumlah viewers, tetapi juga dampak kontennya terhadap masyarakat.
Insiden ini menjadi pengingat bagi para konten kreator untuk lebih memperhitungkan dampak konten yang mereka buat. Ketika sebuah acara melibatkan banyak orang, aspek keamanan dan sensitivitas budaya harus menjadi pertimbangan utama.
Meskipun Willie Salim telah meminta maaf, peristiwa ini meninggalkan perdebatan tentang batas antara kreativitas dalam konten dan tanggung jawab sosial di era digital. Bagi warga Palembang, insiden ini bukan hanya soal rendang yang hilang, tetapi juga tentang citra dan harga diri mereka sebagai masyarakat yang beradab.
(/Red)